ARTICLE AD BOX
Yogyakarta, carpet-cleaning-kingston.co.uk --
Subaryono, ayah diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), mendiang Arya Daru Pangayunan meminta support kepada Presiden Prabowo Subianto untuk membantu mengusut misteri kematian putranya.
Subaryono muncul pertama kali di hadapan media setelah 40 hari lebih sejak meninggalnya Daru nan jenazahnya ditemukan dalam kondisi wajah terlilit lakban warna kuning dalam sebuah kos di Jalan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7) lalu.
Dia pun mengungkap argumen selama ini belum bersuara lantaran kondisi psikis family nan betul-betul terguncang, serta kesehatan istrinya alias ibu dari Daru nan tetap belum memungkinkan pascaoperasi kanker usus.
Subaryono --yang memperkenalkan diri sebagai pensiunan pengajar hingga kepala departemen di UGM--, mengatakan jika kondisi fisiknya kian renta di usia 71 tahun, ingatan tak lagi tajam, bicara tidak lagi lancar. Oleh karenanya, dia meminta kepada petinggi negara agar membikin misteri kematian Daru menjadi terang.
"Inilah kami merasakan pada posisi nan sangat lemah dan menghadapi situasi nan sangat sulit. Dan ini adalah menyangkut saya sebagai ASN, anak saya sebagai ASN, maka kami minta pada ketua negara ini, kami minta kepada nan terhormat Bapak Presiden RI Prabowo Subianto," kata Subaryono dalam sebuah konvensi pers di sebuah kafe, Yogyakarta, DIY, Sabtu (24/8).
"Kami minta dengan rendah hati, setulus-tulusnya, kami minta bapak bisa menginstruksikan, bisa menyampaikan, kepada Kapolri, kepada Panglima TNI, kepada menteri luar negeri, agar segera bisa menjelaskan kepada kami misteri nan terjadi pada anak kami," sambungnya.
Subaryono bilang, dia dan istri betul-betul dalam kondisi tak berdaya, menghadapi beragam info beredar nan dia sendiri tak bisa pastikan kebenarannya.
"Yang saya tahu bahwa Daru di mata kami, sepengetahuan kami dia pribadi nan mandiri, bertanggungjawab, dengan keluarga, orang tua, masyarakat, dan tentu saja dengan tempat dia bekerja," ujarnya.
Harapannya, dengan para petinggi negara dan instutusi nan dia sebutkan tadi turun tangan, maka misteri kematian Daru lekas terungkap. Sehingga, almarhum beserta family bisa memperoleh keadilan.
"Semoga misteri ini segera terungkap, dan Daru dan family mendapatkan keadilan apa nan terjadi nan saat ini tetap jadi misteri," ujarnya.
Penasehat Hukum family Daru, Nicholay Aprilindo mengatakan pihaknya meminta agar misteri kematian ADP ini didalami kembali agar terang benderang, tanpa ada tendensi apa pun alias kepada siapa pun.
"Dan khususnya kami bakal meminta Mabes Polri untuk mengambil alih kasus ini, agar Mabes Polri bisa lebih komprehensif dalam mengungkap misteri dari meninggalnya almarhum ini," kata Nicholay.
"Sehingga ada kepastian norma bagi keluarga, ada pemenuhan kewenangan asasi manusia bagi family dan almarhum, dan pemenuhan kemanusiaan bagi family dan almarhum," sambungnya.
Dalam perihal ini, lanjut Nicholay, pihak family turut meminta proses rekonstruksi dan otopsi diulang. Dengan beragam argumen nan dianggap logis, family belum bisa menerima hasil lidik kepolisian bahwa tidak ada unsur pidana dalam peristiwa ini.
"Keluarga sampai sekarang tetap mempertanyakan statemen alias rilis Polda Metro Jaya atas kematian almarhum nan katanya tidak ada pihak lain, dan tidak ada tindak pidana. Sejauh mana fakta-fakta empiris nan didapat sehingga dapat menyimpulkan perihal sedemikian rupa, lantaran penyelidikan belum tuntas tapi sudah dikeluarkan rilis sedemikian rupa," imbuh Nicholay.
Daru adalah diplomat muda Kemlu nan jenazahnya ditemukan dalam kondisi wajah terlilit isolasi alias lakban warna kuning dalam sebuah kos di Jalan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7).
Polisi pada akhir Juli 2025 lampau memastikan tidak ada unsur pidana dalam kasus kematian Daru.
Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra mengatakan perihal itu berasas serangkaian proses penyelidikan nan telah dilakukan.
"Bahwa penyelidikan nan kami lakukan, kami simpulkan belum menemukan adanya peristiwa pidana," kata Wira dalam konvensi pers, Selasa (29/7).
(fra/kum/fra)
[Gambas:Video CNN]