ARTICLE AD BOX
Jakarta, carpet-cleaning-kingston.co.uk - Sebelum tahun 2000, naik pesawat bukanlah perihal nan umum bagi sebagian besar masyarakat. Biaya nan tinggi membikin moda transportasi ini hanya terjangkau oleh kalangan berada.
Berangkat dari realita tersebut, Rusdi Kirana terdorong untuk menghadirkan maskapai penerbangan dengan nilai terjangkau, agar masyarakat luas pun bisa menikmati perjalanan udara. Gagasan itu muncul ketika dia tetap menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila, sembari menjalankan upaya sampingan sebagai makelar tiket di Bandara Soekarno-Hatta.
Lewat upaya itulah dia akhirnya mengerti seluk beluk penerbangan dan mempunyai modal untuk melebarkan sayap bisnis. Hingga akhirnya, di tahun 1990-an, Rusdi nan dibantu saudaranya, Kusnan Kirana, mendirikan biro perjalanan berjulukan "Lion Tour". Penamaan "Lion" disebabkan lantaran keduanya berzodiak Leo.
Mengutip majalah Warta Ekonomi (2006), upaya ini dijalaninya selama 13 tahun sebelum akhirnya makin berkembang di tahun 1999. Pada tahun tersebut dan seiring diperbolehkannya pendirian maskapai swasta baru di Indonesia, duo Kirana mendirikan "Lion Air".
Dalam paparan majalah Gatra (13/11/2004), bermodalkan dua pesawat sewaan izin maskapai akhirnya keluar pada 1999. Namun, mengutip situs resmi Lion Air, maskapai baru bisa beraksi pada tanggal 30 Juni 2000.
Rute pertama Lion Air adalah Jakarta-Pontianak dengan nilai Rp 300 ribu. Harga tersebut jatuh di bawah nilai pesaing nan mematok tarif seharga Rp 1,1 juta. Lalu, tak lama berselang dibuka juga rute Jakarta-Manado nan biasanya seharga Rp 2,1 juta dibuat menjadi Rp 400 ribu.
Awalnya banyak nan menduga bisnisnya bakal bangkrut, tetapi kenyataannya tidak. Malah, Lion Air makin moncer lantaran jadi pengganti masyarakat untuk bisa terbang.
Pada 2004 Lion Air sudah mengoperasikan 23 pesawat terbang. Tiap harinya Lion Air melayani dengan 130 penerbangan di Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Vietnam. Jumlah pesawat pun kemudian juga terus bertambah lagi.
Sebelum pandemi, pesawat-pesawat Lion Air mendominasi terminal 1 di Bandara Soekarno-Hatta. Sebab, Lion Air juga membawahi beberapa maskapai seperti Wings Air, Batik Air, Lion Bizjet, Malindo Air (Malaysia), dan Thai Lion Air (Thailand).
Kesuksesan inilah membikin Lion Air menyebut dirinya sebagai maskapai penerbangan berbiaya rendah. Jargonnya "We Make People Fly." Bahkan, pada 2018 tercatat maskapai ini sudah mengangkut 36,8 juta penumpang. Atau secara persentase menjadi pilihan 35% penumpang nan mau berpergian dari pulau ke pulau, dari kota ke kota.
Kini, Lion Air punya upaya maskapai baru, ialah Super Air Jet. Menariknya, maskapai baru ini berdiri di saat pandemi menghantam dan maskapai lain banyak nan mandeg.
Super Air Jet terbang perdana pada 6 Agustus 2021, dengan rute Jakarta - Kualanamu, Medan dan Jakarta - Batam. Dikutip dari situs resminya, Super Air Jet menawarkan konsep low cost carrier dengan penerbangan antarkota langsung point-to-point di pasar domestik dan perusahaan berambisi nantinya dapat melebarkan sayap ke rute internasional.
Pada 2017, Rusdi sendiri sempat berada di urutan ke-33 dari 50 orang terkaya di Indonesia jenis Forbes. Kekayaan mereka kala itu mencapai US$ 970 juta. Namun, pada 2022, posisi Rusdi menjadi urutan ke-38 dengan kekayaan US$ 835 juta.
Meski menjadi perintis penerbangan murah, kita semua tahu jika Lion Air mengorbankan perihal mahal nan kudu dibayar penumpang, ialah keterlambatan jadwal.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]