ARTICLE AD BOX
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) buka bunyi soal pola penunjukan dewan dan komisaris di Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Saya bicara apa adanya. Sebagai ahli nan mengelola Danantara, penunjukan dewan tidak satupun diintervensi presiden. Karena memang diharapkan melalui rekrutmen yang proper. Karena itu kami punya tim untuk assesmen," ujar Dony Oskaria, COO Danantara, dalam special talkshow nota finansial dan RAPBN 2026, Jumat (15/8/2025).
Pihaknya mengaku selalu menempatkan orang nan tepat. "Sebagai contoh gimana kita transformasi perusahaan nan terjadi declining. Contoh Semen Indonesia keuntungan Rp 5 triliun (tiba-tiba) tinggal Rp 500 miliar dan masuk ke area apa namanya menyulitkan. Kita cari problem-nya di sales, gimana perusahaan bisa berkompetisi pengedaran kita kontrol sampai toko toko akhirnya kami dapatkan CEO Coca Cola nan punya pengalaman di bisnis retail," jelas Dony.
Sebelumnya, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto berambisi tidak ada lagi perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) nan keuntungannya abal-abal.
"Kita juga sampaikan kepada publik 6 bulan ini. Karena tadi pembukuan nan kurang proper kita tidak mau memperlihatkan keburukan bukan, tetapi sebagai base untuk menuju 50 billion nan diharapkan Presiden. Tentu esensial perusahaan kita rapikan," jelas Dony Oskaria COO Danantara dalam Special Talkshow - Nota Keuangan & RAPBN 2026, Jumat (15/8/2025).
Danantara mengungkapkan ada beberapa tahapan nan bakal dilakukan mereka untuk me-review upaya Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Pertama esensial upaya review. Di setiap upaya perusahaan BUMN, jumlah BUMN itu 1.046 antara cucu cicit ini perlu kita komunikasikan. Bahwa 97% dividen BUMN datangnya dari 8 perusahaan, dan 52% BUMN itu rugi dan total kerugian itu kurang lebih Rp 50 triliun setiap tahun. Ini PR nan kita lakukan," ujar Dony.
Setelah melakukan review, Danantara kemudian bakal melakukan internal capabilities. Danantara nantinya bakal memasukkan matrik ini sebagai tahapan agar kelak masyarakat ekspektasinya bisa tercapai.
Misalnya kita punya 18 perusahaan logistik, tetapi scale-nya kecil-kecil ada Angkasa Pura Logistik, Semen Logistik, Pelindo Logistik, tetapi juga ini tidak memberikan untung signifikan. Begitu juga perusahaan asuransi kita ada 15, Aset Manajemen ada banyak. Ini kelak tahapan kedua nan kami lakukan, matrik terhadap internal esensial upaya review," lanjut Dony.
(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Inbreng BUMN ke Danantara Dikebut Rampung Bulan Ini