ARTICLE AD BOX
Jakarta, carpet-cleaning-kingston.co.uk - Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (21/8//2025) kembali mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Melansir dari Refinitiv, mata duit garuda dibuka terdepresiasi tipis 0,03% di posisi Rp16.270/US$, setelah pada perdagangan kemarin rupiah ditutup melemah 0,18% di level Rp16.265/US$ pasca pengumuman Bank Indonesia (BI) nan memangkas suku kembang referensi sebesar 25 bps menjadi 5,00%.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) per pukul 09.00 WIB terpantau tengah mengalami penguatan 0,05% di level 98,26. Indeks dolar AS turut mengalami pelemahan pada perdagangan kemarin, nan ditutup di level 98,21 alias melemah 0,07%.
Pergerakan rupiah pada hari ini nampaknya tetap bakal dipengaruhi oleh pengaruh pemangkasan suku kembang BI. Seperti diketahui, BI kembali memangkas suku kembang referensi alias BI-Rate sebesar 25 pedoman poin menjadi 5,00%. Suku kembang Deposit Facility juga turun menjadi sebesar 4,25% dan suku kembang Lending Facility turun menjadi 5,75%.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan, pemangkasan ini dilakukan mempertimbangkan tetap rendahnya prakiraan inflasi 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5±1%, terjaganya stabilitas nilai tukar Rupiah, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dengan kapabilitas perekonomian.
Selain pengaruh pemangkasan suku bunga, pergerakan rupiah pada hari ini bakal turut dipengaruhi oleh sentimen dari global, khususnya AS. Terutama menjelang simposium tahunan Jackson Hole nan digelar oleh Federal Reserve (The Fed). Investor dunia tengah menantikan pengarahan kebijakan suku kembang dari pidato Ketua The Fed Jerome Powell.
Pasar mencermati kemungkinan apakah Powell bakal memberikan sinyal nan lebih hawkish dengan menolak ekspektasi pelonggaran moneter dalam waktu dekat. Saat ini, perjanjian berjangka memperkirakan kesempatan pemangkasan suku kembang seperempat poin pada September sebesar 82%, turun dari 94% pada pekan lalu.
Risalah pertemuan The Fed bulan Juli juga menegaskan bahwa kebanyakan pejabat tetap lebih konsentrasi terhadap akibat inflasi daripada pelemahan pasar tenaga kerja. Selain itu, rumor tarif perdagangan turut memperlebar perbedaan pandangan di internal The Fed. Kondisi ini berpotensi membikin dolar AS tetap kuat dan memberi tekanan tambahan terhadap rupiah.
(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Efek Kebijakan Trump, Segini Harga Dolar AS Money Changer