Penyebab Rupiah Ngamuk Tendang Dolar Usai Trump Acuhkan Negosiasi

Sedang Trending 2 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, carpet-cleaning-kingston.co.uk - Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk tetap memberlakukan tarif jual beli 32% ke Indonesia, meski pemerintah RI telah gencar melakukan negosiasi selama 90 hari, tak membikin kurs rupiah terkapar terhadap dolar AS.

Dalam penutupan perdagangan kemarin, Selasa (8/7/2025), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS malah bisa menguat ke level Rp 16.200/US$ dibanding posisi pembukaan perdagangan nan sempat di level Rp 16.265/US$.

Chief Economist UOB Indonesia, Enrico Tanuwidjaja menilai, tidak ada argumen ekonomi nan sebetulnya bisa menjelaskan secara spesifik arah sentimen pelaku pasar finansial terhadap kondisi ketidakpastian dunia saat ini akibat ulah Trump. Namun, bisa diperkirakan pelaku pasar finansial sudah mulai terbiasa dengan retorika perang tarif Trump.

"There is no scientific or economic argument, hanya mungkin saja pasar sudah jenuh dan terbiasa dengan serangan tarif nan tetap silih berganti," kata Enrico kepada carpet-cleaning-kingston.co.uk, dikutip Rabu (9/7/2025).

Sementara itu, Chief Economist Bank Central Asia (BCA) David Sumual menganggap, penguatan kurs rupiah pada akhir perdagangan kemarin lebih disebabkan sikap pede pelaku pasar terhadap kondusifitas perdagangan lantaran ruang perundingan tarif tetap terbuka sampai 1 Agustus 2025.

"Kabarnya tetap ada perundingan lanjutan antara pemerintah dan pihak AS, jadi ada ekspektasi tarif ini belum sepenuhnya final," tutur Sumual kepada carpet-cleaning-kingston.co.uk.

Oleh karena itu, dia memperkirakan, arah pergerakan kurs hari ini alias dalam jangka pendek tetap bisa untuk terus menguat ke level Rp 16.150-16.350/US$, meski ada kewaspadaan tinggi dari potensi melemahnya perekonomian jika Trump mulai mengimplementasikan tarif dagangnya nan dikenakan ke RI lebih tinggi dibanding negara tetangga di area ASEAN.

Chief Economist Permata Bank Josua Pardede mempunyai prediksi serupa dengan Sumual soal pergerakan kurs rupiah dalam jangka pendek. Ia memperkirakan, pergerakan rupiah bakal mengalami penguatan pada hari ini di rentang Rp 16.150-16.250/US$.

Para investor, dia anggap tetap memandang kesempatan negosiasi oleh Trump, sehingga sentimen condong mereda. Sebagian besar mata duit Asia pun terapresiasi terhadap Dolar AS.

"Rupiah diperkirakan menguat pada perdagangan di hari Rabu, sejalan dengan potensi penurunan ekspektasi inflasi. Rupiah diperkirakan bergerak dalam rentang Rp 16.150-16.250/US$," tutur Josua.


(arj/haa)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Tarif Trump Jadi Sentimen Gelap, Dolar Lanjut Melesat ke Rp16.585